Irigasi air dan Pertanian
Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian. Dalam dunia modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia. Pada zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan dengan mengalirkan air tersebut ke lahan pertanian.
Irigasi Permukaan adalah pengaliran air di atas permukaan dengan ketinggian air sekitar 10 – 15 cm di atas permukaan tanah. Irigasi permukaan merupakan sistem irigasi yang menyadap air langsung di sungai melalui bangunan bendung maupun melalui bangunan pengambilan bebas (free intake) kemudian air irigasi dialirkan secara gravitasi melalui saluran sampai ke lahan pertanian. Di sini dikenal saluran primer, sekunder, dan tersier. Pengaturan air ini dilakukan dengan pintu air. Prosesnya adalah gravitasi, tanah yang tinggi akan mendapat air lebih dulu.Pintu air yang berfungsi membagi saluran primer menjadi tiga buah saluran sekunder
Irigasi Lokal
Sistem ini air distribusikan dengan cara pipanisasi. Di sini juga berlaku gravitasi, di mana lahan yang tinggi mendapat air lebih dahulu. Namun air yang disebar hanya terbatas sekali atau secara lokal.
Irigasi dengan Penyemprotan
Penyemprotan biasanya dipakai penyemprot air atau sprinkle. Air yang disemprot akan seperti kabut, sehingga tanaman mendapat air dari atas, daun akan basah lebih dahulu, kemudian menetes ke akar.
Irigasi Tradisional dengan Ember
Di sini diperlukan tenaga kerja secara perorangan yang banyak sekali. Di samping itu juga pemborosan tenaga kerja yang harus menenteng ember.
Irigasi Lokal
Sistem ini air distribusikan dengan cara pipanisasi. Di sini juga berlaku gravitasi, di mana lahan yang tinggi mendapat air lebih dahulu. Namun air yang disebar hanya terbatas sekali atau secara lokal.
Irigasi dengan Penyemprotan
Penyemprotan biasanya dipakai penyemprot air atau sprinkle. Air yang disemprot akan seperti kabut, sehingga tanaman mendapat air dari atas, daun akan basah lebih dahulu, kemudian menetes ke akar.
Irigasi Tradisional dengan Ember
Di sini diperlukan tenaga kerja secara perorangan yang banyak sekali. Di samping itu juga pemborosan tenaga kerja yang harus menenteng ember.
Irigasi Pompa Air
Air diambil dari sumur dalam dan dinaikkan melalui pompa air, kemudian dialirkan dengan berbagai cara, misalnya dengan pipa atau saluran. Pada musim kemarau irigasi ini dapat terus mengairi sawah.
Namun ada baiknya jika kita mencari solusi untuk poin irigasi tradisional dengan ember yang pasti ini masih banyak terjadi di pedesaan di Indonesia, dengan masalah diatas yaitu : harus diperlukan tenaga kerja serta pemborosan tenaga yang harus dikeluarkan, akan mengurangi efektivitas dan efisiensi dalam pengerjaannya,
Untuk mengurangi hal diatas mungkin kita bisa menerapkan teknologi tepat guna dan sederhana dengan cara seperti gambar dibawah ini.
Air diambil dari sumur dalam dan dinaikkan melalui pompa air, kemudian dialirkan dengan berbagai cara, misalnya dengan pipa atau saluran. Pada musim kemarau irigasi ini dapat terus mengairi sawah.
Namun ada baiknya jika kita mencari solusi untuk poin irigasi tradisional dengan ember yang pasti ini masih banyak terjadi di pedesaan di Indonesia, dengan masalah diatas yaitu : harus diperlukan tenaga kerja serta pemborosan tenaga yang harus dikeluarkan, akan mengurangi efektivitas dan efisiensi dalam pengerjaannya,
Untuk mengurangi hal diatas mungkin kita bisa menerapkan teknologi tepat guna dan sederhana dengan cara seperti gambar dibawah ini.
gambar 2. penerapan irigasi tradisional
Dengan alat sederhana ini para petani bisa bergotong royong untuk membuatnya sendiri dan teknologi tepat guna ini tidak terlalu sulit untuk dikerjakan,
demikian informasi tentang menggunakan dan pembuatan teknik pengangkat air irigasi semoga menambah wawasan dengan ide ide lainnya buat kita.
demikian informasi tentang menggunakan dan pembuatan teknik pengangkat air irigasi semoga menambah wawasan dengan ide ide lainnya buat kita.